Bangun Underpass Telan Anggaran Rp 200 Milyar ,Pemko Akaan Fokus Lima Alternatif Atasi Macet

Editor: Admin author photo



Benny Iskandar ST.Ka Bappeda Medan

 Medan (Media Polmas )-Pemko Medan mengupayakan mengatasi kemacetan dengan berbagai cara, salah satunya membangun fly over atau under pass. Namun biayanya cukup besar bisa mencapai Rp 200 miliar, itupun harus "dicolok" dari APBN, kalau menggunakan APBD tidak cukup.

Kebutuhan under pass atau fly over di Kota Medan ada 8 titik, tapi untuk rencana pembangunan jangka panjang 20 tahun baru bisa direalisasikan. Dua titik sudah dibangun yakni di Jalan Gatot Subroto simpang Jalan Asrama dan Jalan Gagak Hitam/Ring road.

"Satu lagi di Jalan Jawa simpang Jalan Gaharu dan Jalan HM Yamin. Yang di Jalan Gatot Subroto menggunakan dana APBN sedangkan Jalan Jawa dana APBD, karena Wali Kota Bobby Nasution waktu itu perlu percepatan pembangunan," kata Kepala Bappeda Kota Medan Ir Benny Iskandar, ST. MT kepada wartawan, Sabtu (2/8/2025).

Benny Iskandar mengemukakan, rencana pembangunan fly over atau underpass ini sudah dibahas di Pansus Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2025-2029.  Dia menyampaikan di Pansus, ada 8 titik kebutuhan Kota Medan, tapi sudah dua dibangun, tinggal 6 titik lagi.

"Saya sampaikan dalam RPJMD hanya satu titik yang bisa dibangun lewat APBN, kalaupun memungkinkan maksimal bisa 2 titik dari APBD. Pansus menanyakan, kenapa tidak bisa dibangun sekaligus enam titik. Saya katakan bahwa semua underpas dan fly over di Medan dibangun lewat APBN, kecuali di Jalan Jawa," terangnya.

Disampaikannya lagi, dlu over di Amplas berjarak 10 tahun dengan di Cemara/P Brayan. Kemudian Cemara dengan Jalan Jamin Ginting 4 tahun, Jalan Jamin Ginting dengan Jalan Gatot Subroto berjarak 5 tahun. Sehingga Benny menegaskan salam RPJMD paling bisa dibangun satu titik underpass. "Kalaupun sua titik melihat kondisi APBD kita nanti apakah pendapatannya lewat PAD meningkat," ungkapnya.

Pemerintah pusat kata Benny lebih condong membangun underpass dibanding fly over. Pasalnya, jika fly over harus melihat sisi kanan dan kiri yang harus dibebaskan misalnya pedagang. Setelah dibangun kondisi fly over sangat kumuh, karena di kolongnya dihuni banyak aktivitas sehingga kesannya kurang indah. Sehingga pilihan terbaik adalah membangun underpass.

Benny Iskandar menegaskan, ada 5 alternatif yang dirancang Pemko Medan mengatasi kemacetan dengan anggaran yang murah. Pertama membuat lampu lalulintas, agar tidak terjadi kesemrawutan jalan. Kedua, membatasi persimpangan dengan menutup jalur crossing. Cara seperti ini sudah berhasil dilakukan pemko, contohnya simpang Jalan Karya dan Amir Hamzah, ditutup persimpangannya, Jalan AH Nasution simpang Jalan Karya Wisata, kemudian Simpang tol Jalan Bandar Selamat.

Terbukti, setelah persimpangan itu ditutup tidak ada lagi kemacetan.

Alternatif ketiga adalah memutar jalan, median jalan dibuka untuk memutar berjarak 2 kilometer. Kalau per 500 meter dibuka akan macet karena banyaknya kendaraan. Seperti di Jalan Sisingamangaraja, Jalan Karya Wisata dan Ring road/Gagak Hitam per dua kilometer baru dibuka jalan memutar. 

Kemudian,  alternatif keempat dengan sistem kanalisasi, artinya jalan kota bertemu dengan jalan nasional atau jalan alteri kalau membelok harus dipisahkan jalannya. Contohnya Jalan Jamin Ginting ke Jalan Dr Mansyur USU atau Jalan Kapten Muslim, kalau membelok harus ada jalan khusus agar tidak terganggu pengendara yang jalan lurus. 

Sedangkan alternatif kelima adalah, membuat bundaran, seperti di bundaran HI Jakarta, bundaran simpang enam dan simpang tujuh Semarang, sebanyak apapun kendaraan tidak akan macet karena memutar. 

"Kami sudah melakukan studi akan membuat bundaran di simpang Glugur Jalan KL Yos Sudarso dan simpang Jalan Juanda. Kalau alternatif pertama sampai kelima tidak berhasil, barulah kita buat alternatif keenam yaitu fly over atau underpass. Karena biaya kelima alternatif tersebut terbilang murah," tuturnya di Medan,(2 Agustus 2025) (HP/Tim MP)


Share:
Komentar

Berita Terkini